Dahulu, disaat masih dalam masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1920-an, orang datang ke Desa ini dengan tujuan untuk membuka lahan pertanian yang dimana dahulu Desa ini sebagian dari kawasannya ialah rawa-rawa dan sebagiannya lagi dataran tinggi. Oleh karena hal itu, penduduk yang sudah mulai menetap disini pun menfaatkan hal tersebut dengan menjadikan kawasan rawa-rawa sebagai lahan pertanian dan dataran tinggi sebagai tempat tinggal. Sehingga dengan adanya beberapa keluarga yang menetap barulah kemudian dibentuk dan dijadikan sebagai Gampong/Desa yang diberi nama Raboe pada saat itu.
Kemudian, sekitaran tahun 1940-an diubah namanya menjadi Meunasah Rayeuk. Alasanya diberikan nama Meunasah Rayeuk ialah dikarenakan pada saat itu berdirinya salah satu Meunasah/Surau yang besar dan megah hingga diakui oleh desa-desa tetangga dan luar. Sehingga orang terdahulu berkesimpulan untuk mengantikan nama Raboe menjadi Meunasah Rayeuk. Lalu, setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1947 penduduk bersepakat untuk mengganti nama dari Desa Meunasah Rayeuk menjadi Samuti Rayeuk hingga bertahan sampai pada saat ini.